TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA - Ensiklopedia Peradaban Islam

Buku Ensiklopedia Peradaban Islam ditulis Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec bersama Tim Tazkia, mengupas tuntas sejarah peradaban Islam dunia secara lengkap dan komprehensif meliputi Makkah, Madinah, Yerusalem, Damaskus, Baghdad, Kairo, Istanbul, Persia, Andalusia, dan Cina Muslim. 10 jilid hard cover, isi + 2.200 hal, kertas matte paper 150gr, berat +15Kg, kemasan eksklusif dilengkapi dengan gambar dan diagram full collor.

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA TRAVEL SURABAYA

Tazkia Travel adalah Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus yang amanah dan Syar'i mengikuti jejak Rosul Muhammad SAW

TAZKIA-Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW

Sebuah buku Siroh Revolusioner yang mengkaji Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW dengan cara Tematik Ilmiah dan Komprehensif serta dipadukan dengan Kajian Ilmu Manajeman dan Leadership Kontemporer. “…dari sekian buku tentang Rasulullah Saw, buku ini termasuk yang paling istimewa. Selamat mengenal, mengikuti, dan mencintai Rasulullah Saw.” (Yusuf Mansyur, Wisata Hati)

TAZKIA-Labbaik Allahumma Labbaik

Ya Allah, karuniakan kepada-ku kemampuan untuk memenuhi Panggilan-MU, Masukkan Aku kepada golongan Hamba-hamba-Mu yang Ikhlas.

Rabu, 01 Desember 2010

Pelaksanaan Haji & Umrah

Para jamaah terlebih dahulu melaksanakan umroh  sebelum melaksanakan haji yang dimulai dari Makkah pada tanggal 8 Zulhijah.

Rangkaian kegiatan ibadah Umrah sebagai berikut :
  1. Diawali dengan mandi besar (janabah) 
  2. Mengenakan pakaian ihram. Khusus wanita disunnahkan untuk memakai pakaian apa saja yang menutup aurat tanpa hiasannya dan sarung tangan.
  3. Niat umrah dalam hati dan mengucapkan Labbaika ‘umrotan atau Labbaikallahumma bi`umrotin. Kemudian bertalbiyah 
  4. Melakukan thawaf sebanyak 7 kali putaran. (3 putaran pertama jalan cepat dan sisanya jalan biasa). Thowaf diawali dan diakhiri di hajar aswad, posisi Ka`bah berada di sebelah kiri. Setiap putaran berusaha menyentuh hajar aswad dengan tangan kanan atau menciumnya jika mampu dan mengucapkan Bismillahi wallahu akbar atau cukup memberi isyarat dan berkata Allahu akbar.
  5. Shalat 2 raka`at di belakang maqam Ibrahim jika bisa atau di tempat lainnya di masjidil haram dengan membaca surat Al-Kafirun pada raka`at pertama dan Al-Ikhlas pada raka`at kedua.
  6. Sa`i dengan naik ke bukit Shofa dan menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan dan mengucapkan Innash shofa wal marwata min sya`aairillah. Abda`u bima bada`allahu bihi (Aku memulai dengan apa yang Allah memulainya). Kemudian bertakbir 3 kali tanpa memberi isyarat dan mengucapkan Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu. Lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai`in qodiir. Laa ilaha illallahu wahdahu anjaza wa`dahu wa shodaqo ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu 3x. Sa`i dilakukan sebanyak 7 kali yaitu dengan hitungan berangkat satu kali dan kembalinya dihitung satu kali, diawali di bukit Shofa dan diakhiri di bukit Marwah.
  7. Mencukur rambut kepala (Tahallul) bagi lelaki dan memotongnya sebatas ujung jari bagi wanita.
  8. Ibadah Umroh selesai
Urutan kegiatan ibadah Haji sebagai berikut :
  • Bersuci, mandi, berwudhu di pemondokan.
  • Memakai wangi wangian sebelum berpakaian ihrom.
  • Berpakaian ihrom
  • Sholat sunnat ihrom haji 2 rokaat.
  • Niat ihrom haji dengan mengucapkan :
 ” Aku penuhi panggilan Mu Ya Allah untuk berhaji.”     atau
” Aku niat haji dengan berihrom karena Allah Ta’ala.   








Kegiatan di Arafah
  • Berangkat ke Arafah dengan memperbanyak membaca talbiyah
  • Sampai di Arafah menempati kemah masing masing.
  • Menunggu waktu wukuf dengan memperbanyak membaca Al Qur’an, beristighfar, berdzikir.
  • Pada tanggal 9 Zulhijjah siang wukuf di Arafah dengan mendengarkan khutbah wukuf.
  • Sholat dzuhur dan ashar jama’ taqdim
  • Berdo’a, berdzikir, beristighfar, membaca Al Qur’an.
  • Sholat maghrib dan isya jama’ taqdim.
  • Berangkat ke Muzdalifah membaca talbiyah.
Kegiatan di Muzdalifah
  • Mabit di Muzdalifah sampai tengah malam.
  • Mencari kerikil di Muzdalifah untuk melontar jumroh sebanyak 7, 49 atau 70 butir.
  • Setelah lewat tengah malam berangkat ke Mina.
Kegiatan di Mina
  • Tanggal 10 Zulhijjah melontar jumroh Aqobah .
  • Menggunting / mencukur rambut.
  • Tahallul awal .
  • Setelah tahallul awal berganti pakaian biasa.
  • Memotong dam tamattu’ seekor kambing
  • Tanggal 11 Zulhijjah mabit di Mina dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing masing 7 kali lontaran.
  • Tanggal 12 Zulhijjah mabit di Mina dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing masing 7 kali lontaran. Bagi yang ambil Nafar Awal setelah melontar jumroh langsung harus meninggalkan Mina sebelum maghrib.
  • Tanggal 13 Zulhijjah bagi yang ambil Nafar Tsani mabit dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing masing 7 kali lontaran. Setelah melontar jumroh tanggal 13 Zulhijjah meninggalkan Mina.
  • Kembali ke Makkah.
Kegiatan di Makkah
  • Memotong dam tamattu’ bagi yang belum
  • Thawaf ifadhah dan sa’i
  • Thawaf wada’ ketika akan meninggalkan Makkah.
Setelah thawaf wada’ pelaksanaan haji selesai, jamaah haji secara berangsur akan  pulang ke tanah air masing-masing, sementara sebagian yang lain berangkat ke Madinah.

Catatan:

  1. Selama pelaksanaan Haji / Umrah akan diselenggarakan pengajian rutin yang meliputi pembahasan Fiqhi, Aqidah, Akhlaq
  2. Selama proses pelaksanaan Ibadah akan diberikan bimbingan teknis
  3. Bimbingan Do'a bagi yang membutuhkan
  4. pendampingan selama perjalanan

Senin, 01 November 2010

Itinerary Umrah Plus Cairo


Jadwal Perjalanan Haji

Jumat, 01 Oktober 2010

Pasca Haji / Umrah

  1. Pengajian Rutin Bulanan
  2. Reuni Alumni Haji & Umrah
  3. Program sosial

Rabu, 01 September 2010

Itinerary Umrah Executive 9 Hari


Itinerary Umrah Plus Istambul


Visi & Misi


Tazkia Tour & Travel adalah Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda.

Selain menyediakan paket-paket umrah dan haji sebagai bentuk layanan yang tersedia, Tazkia Tours & Travel juga berusaha menghadirkan pembimbing-pembimbing ibadah yang ahli dan mendalami bidang Fiqih Islam, terutama untuk masalah ibadah umrah dan haji, sehingga kami berusaha, sebagai bentuk tanggungjawab moral, bahwa ibadah yang Anda jalani telah sah sesuai petunjuk Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Seiring perjalanan yang cukup berliku dan keinginan untuk selalu memperbaiki layanan yang diberikan, pada tahun 2001/2002 Tazkia Travel menjadi salah satu dari The Big 5 Penyelenggara Umrah & Haji se Indonesia.

Hingga akhir Tahun Haji 2004 ini, Tauba Travel telah memiliki kurang lebih 7000 Alumni Jamaah Haji dan Umrah. Alumni-alumni Haji dan Umrah Tauba Travel bergabung dalam satu keluarga besar yang bernama IKAH TAZKIA, atau Ikatan Alumni Haji Tazkia.


VISI
"Menjadi Oase Spiritual dan Intelektual Islam yang memberikan pencerahan, kesejukan dan pemberdayaan serta wawasan Rahmatan Lil Alamin."



MISI

  1. Menyelenggarakan program Haji & Umrah secara amanah dan penuh tanggung jawab.
  2. Menyelenggarakan berbagai pelatihan, konseling, mengembangkan program ekonomi  kerakyatan, membina para muhtadin (new convert/muallaf) serta berbagai kegiatan spiritual, intelektual dan komersial pendukung lainnya yang sejalan dengan semangat kebersamaan, pencerahan dan pemberdayaan."

Perbedaan Haji Reguler dengan Haji Plus

Ibadah Haji adalah merupakan kewajiban bagi semua kaum muslimin di seluruh dunia terutama bagi yang mampu, sebab Ibadah haji termasuk dalam rukun islam yang ke 5. Pelaksanaan Ibadah haji sendiri di Indonesia diatur oleh Departemen Agama RI dalam hal ini ditangani oleh Sikohat Haji. Haji sendiri dibagi menjadi Haji Plus dan Reguler.

Berikut beberapa perbedaan antara haji reguler dan haji plus dari berbagai sisi :

1. Biaya 
Biaya haji reguler jelas lebih murah di bandingkan dengan haji Plus. Tahun 2012 ini, haji reguler besarnya antara $ 3.500 - 3.700d dan biasanya harga berbeda di masing-masing emabrkasi haji.

Sedangkan Haji Plus sekitar 7.000 $ AS sampai 8.500 $ AS, ini akan bertambah tergantung dari penyelenggara haji plus termasuk lama calon jamaah haji di Tanah Suci.

Jadi, dari segi besarnya biaya haji plus lebih mahal dua kali lipat jika dibandingkan dengan haji reguler.

2. Masa Tunggu Pemberangkatan (Waiting List)
Waiting list calon jamaah Haji plus lebih cepat daripada calon jamaah haji reguler. Pada beberapa daerah, jika ada calon pendaftar haji plus tahun 2012, maka bisa jadi tahun 2013 akan berangkat, atau paling lama tahun 2014

Waiting list untuk haji reguler setiap daerah berbeda, tergantung dari sedikit banyaknya pendaftar dan peminat dari daerah yang bersangkutan. Ada yang hanya butuh 4 tahun seperti di wilayah Jabodetabek bahkan ada yang  lebih 10 tahun baru berangkat.

Setelah mendaftar dengan menyetor sedikitnya 25 juta untuk haji reguler dan $4000 untuk haji plus, dipastikan calon jamaah haji mendapatkan nomor Porsi. Nomor porsi merupakan nomor urut yang sudah terdaftar di dalam dokumen komputerisasi haji terpadu yang dikenal dengan SISKOHAT. Selanjutnya calon jamaah haji masuk dalam Daftar Tunggu pemberangkatan (Waiting List).

3. Lamanya di Tanah Suci
Haji Reguler sekitar 40 hari, di Mekkah sekitar 20 hari, di Arofa - Mina 4 hari dan di Madinah sekitar 6 hari.

Haji Plus yang Non Arbain sekitar 19 hari sedangkan yang plus Arbain di Madina sekitar 26 sampai 30 hari.

4. Akomodasi dan Konsumsi
Kebutuhan konsumsi dan makanan yang membedakan adalah ketika berada di Mekkah. 
Jamaah Haji plus kebutuhan makan sudah ditanggung dan disediakan pihak penyelenggara. Mereka makan dan minum sudah disediakan pihak hotel, sehingga jamaah haji selama di Mekkah sudah tidak perlu lagi memikirkan masalah konsumsi

Berbeda halnya dengan jamaah haji reguler, selama di Mekkah mereka harus mengusahakan sendiri makanan sehari-hari. Mereka bisa masak sendiri, beli di rumah makan, atau katering. Akomodasi dan konsumsi bagi Jamaah haji reguler selama di Tanah Suci adalah:
Selama 6 hari di Madinah, seluruh kebutuhan konsumsi makanan jamaah haji ditanggung oleh hotel. semuanya gratis, sehari mendapat jatah makanan dua kali. Satu kotak makanan lengkap dengan lauk, ditambah 1 botol minuman mineral dan buah-buahan. pemondokan atau maktab di Madinah secara keseluruhan ditempatkan di hotel-hotel yang relatif sangat dekat dengan Masjid Nabawi, sehingga jamaah tidak perlu mengeluarkan ongkos naik taxi. cukup jalan kaki sudah bisa dilakukan.
Selama 4 hari di ARMINA (Arafah, Muzdalifa dan Mina), konsumsi juga ditanggung oleh maktab, sehingga jamaah sama sekali tidak mengeluarkan uang
Sekitar 20 hari berada di Mekah, seluruh konsumsi makan ditanggung jamaah sendir

5. Penginapan
Letak penginapan adalah hal yang sangat penting bagi jamaah haji, karena sangat berpengaruh terhadap rutinitas dan kenyamanan dalam menjalankan ibadah dan mendulang pahala, baik di Masjidil Haram Mekkah maupun di Masjid Nabawi Madinah.

Jamaah haji plus umumnya menempati penginapan di sekitar Masjidil Haram dengan jangkauan yang lebih dekat. Sehingga dapat dipastikan mereka dapat memaksimalkan seluruh kegiatan ibadah di Masjidil Haram. Bisa menjalankan shalat 5 waktu berjamaah, dapat sewaktu-waktu menjalankan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kemauan.

Jamaah haji reguler selama di Mekkah ditempatkan pada lokasi yang bervariasi.
Tahun 1431 H, 125.845 Jamaah haji Indonesia yang reguler, rata-rata ditempatkan pada ring 1 yang berjarak maksimal 2 km dan ring 2 yang berjarak 4 km dari Masjidil Haram. Syukurlah Pemerintah tahun ini menjamin pemondokan Jamaah haji tidak akan berjarak lebih dari empat kilometer dari Masjidil Haram. Pemerintah juga menetapkan pemondokan dengan cara Qur`ah alias undian.

Menteri Agama Surya Darma Ali di Jakarta, Selasa (28/9/10), menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan 71 maktab (pemondokan) yang terdiri dari, 374 rumah berkapasitas 200.855 anggota Jamaah haji. Sebanyak 210 rumah ada di ring 1, serta 164 rumah di ring dua.

Katakanlah lokasi pemondokan kita berjarak 4 km dari Masjidil Haram, paling tidak dalam sehari minimal 8 km harus ditempuh oleh jamaah haji. Bagi yang berduit banyak ,mungkin tinggal mengeluarkan 1 sampai 2 riyal satu kali naik angkutan.

Umumnya jamaah haji, dua kali dalam sehari berangkat-pulang dari Masjidil Haram. Artinya bisa jadi untuk berjalan saja membutuhkan jarak tempuh 16 km perhari.

Bisa kita bayangkan, bagaimana jadinya apabila kondisi tubuh kita lemah, apalagi yang sudah lanjut usia. Bahkan banyak diantara para jamaah haji sepuh yang hampir 21 hari hanya tinggal di pemondokan dan hanya sekali-kali saja pergi ke Masjidil Haram. Padahal shalat dan beribadah di Masjidil Haram sangat besar pahalanya.Oleh karenanya, persiapan fisik yang baik akan sangat menunjang kenikmatan kita dalam menjalankan rutinitas ibadah harian selama melaksanakan ibadah haji.

Sedangkan di Madinah, penempatan antara jamaah Haji Plus dan Haji Reguler jaraknya hampir sama dari Masjid Nabawi, berkisar 250 sampai 500 m. Namun ada juga jamaah haji reguler yang ditempatkan lebih dari 1 km tapi sangat jarang sekali. Yang membedakan hanyalah kelas dan jenis makanan yang di dapat dari hotel, tentu saja jamaah haji plus lebih baik.

Baik jamaah haji reguler maupun plus bisa menjalankan shalat berjamaah lima waktu di Masjid Nabawi, karena kemudahan dan jarak penginapan yang lebih terjangkau jika dibandingkan ketika berada di Mekkah.

6. Bimbingan Selama di Tanah Suci
Semua jamaah haji di Tanah Suci mendapatkan bimbingan dalam mempermudah dalam menjalankan semua kegiatan, terutama di Mekkah dan Armina (Arofah, Mudzdalifa dan Mina) pada hari tarwiyah.

Jamaah haji plus lebih mudah dalam koordinasi, karena umumnya jumlah antara pembimbing dengan jamaah lebih dari cukup untuk mengontrol dan mengkoorninasi seluruh kegiatan yang dilakukan.

Jamaah haji reguler, saat ini telah banyak dilakukan oleh KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) yang akan menuntun jamaah dan membimbing selama di tanah air maupun di tanah suci. Namun pemerintah juga telah membentuk TPHI, yang merupakan petugas khusus dari Departemen Agama yang mendapatkan tugas mendampingi dan mempermudah pelaksanaan ibadah haji selama di tanah suci

Terakhir...apapun jenis hajinya baik haji reguler maupun haji plus, pada hakekatnya sama, semua tergantung niatnya, insya Allah kalau niatnya baik, semata-mata ibadah karena Allah SWT dan semua Rukun serta persyaratan Haji dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, baik jama'ah haji reguler maupun plus semuanya akan mendapatkan predikat haji yang mabrur yang maqbul.Amiin - 

Sumber:  http://www.umrah-haji-plus.com

Kamis, 01 Juli 2010

Tiket Penerbangan


Bangkok


Tour Fare : $ 675* / pax twn share

Sabtu, 01 Mei 2010

Singapore


Harga Paket :              /Pax





Kamis, 01 April 2010

Menuju Sidratul Muntaha

Etape pertama Rasulullah saw adalah perjalanan horisontal dari Mekkah ke Palestina. Dari apa yang saya uraikan di bagian depan, perjalanan itu hanya ditempuh Nabi dalam waktu tidak sampai 1 detik. Kenapa bisa secepat itu? Karena Nabi Muhammad, Jibril dan Buraq melesat dengan kecepatan cahaya, 300.000 km/detik. Maka, jarak Mekkah Palestina yang hanya sekitar 1.500 km itu pun tidak terlalu berarti bagi mereka.
Sesampai di masjidil Aqsha, Rasulullah saw sempat melakukan shalat bersama malaikat Jibril, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke langit ke tujuh. Perjalanan berikutnya adalah sebuah perjalanan yang memiliki mekanisme berbeda dengan etape pertama.
Pada etape pertama, Rasulullah saw melakukan perjalanan dengan badan wadag yang telah diubah menjadi badan cahaya. Akan tetapi sesampai di masjidil Aqsha badan Nabi telah berubah kembali menjadi badan material sebagaimana sebelumnya. Ini adalah etape teleportasi, sebagaimana digambarkan dalam berbagai film science fiction. Akan tetapi pada etape kedua, beliau tidak lagi menggunakan mekanisme tersebut melainkan melakukan perjalanan dimensional.
Ini adalah bagian yang sangat abstrak dan agak rumit dijelaskan. Akan tetapi, dengan berbagai perumpamaan dan analogi, mudah-mudahan pembaca bisa mengikuti apa yang akan saya sampaikan di bagian-bagian berikut ini.
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab berkaitan dengan perjalanan menuju langit ke tujuh ini. Untuk menghindari kesalah pahaman, maka kita harus menyamakan dulu persepsi tentang beberapa hat. Di antaranya adalah hal-hal berikut ini.
1. Apakah yang disebut langit?
2. Di langit manakah Bumi kita berada?
3. Apa dan bagaimanakah langit berlapis tujuh?
4. Bagaimana Rasulullah saw bisa melakukan perjalanan menembus, langit satu sampai ke tujuh?
5. Apakah yang terjadi ketika berada di Sidratul Muntaha?

MEMAHAMI LANGIT
Banyak di antara kita yang memiliki persepsi berbeda tentang langit. Ada yang berpendapat bahwa langit adalah sebuah ‘atap’ alias bidang pembatas ruang angkasa. Artinya, mereka mengira bahwa ruang di atas kita ada pembatasnya, semacam atap. Kelompok pertama ini, biasanya adalah mereka yang awam tentang ilmu Astronomi.
Kelompok kedua adalah mereka yang mengikuti berbagai macam informasi tentang angkasa luar dari berbagai film-film fiksi ilmiah, ataupun berbagai macam media massa. Pada umumnya mereka mengerti bahwa yang dimaksud langit adalah sebuah ruang raksasa yang berisi triliunan benda-benda langit, seperti matahari, planet-planet (termasuk Bumi), bulan, bintang, galaksi, dan lain sebagainya. Mereka memperoleh pemahaman yang lebih baik bahwa langit bukanlah sebuah bidang batas, melainkan seluruh ruang angkasa di atas kita.
Kelompok yang ketiga adalah mereka yang mempelajari informasi Astronomi lebih banyak dan lebih detil. Lebih jauh, mereka mencoba memahami berbagai hal yang berkait dengan struktur langit lewat berbagai teori-teori Astronomi. Mereka terus-menerus mengikuti berbagai informasi dan mencoba melakukan rekonstruksi terhadap struktur langit, yang secara umum dipahami sebagai alam semesta atau Universe.
Nah, dari ketiga kelompok pemahaman itu saya ingin mengambil kesimpulan yang bersifat global saja, sebagai pijakan awal pemahaman kiia tentang langit. Bahwa yang disebut langit sebenarnya bukanlah sebuah bidang batas di angkasa sana, melainkan sebuah ruang tak berhingga besar yang memuat triliunan benda-benda angkasa. Mulai dari batuan angkasa yang berukuran kecil, satelit semacam bulan, planet-planet, matahari dan bintang, galaksi hingga superkluster.
Karena itu, jika kita bergerak ke langit naik pesawat angkasa luar, misalnya, maka kita akan bergerak menuju ruang angkasa yang tidak pernah ada batasnya. Sehari, seminggu, sebulan, setahun dan seterusnya kita bergerak ke angkasa, maka yang kita temui hanya ruang angkasa gelap yang berisi berbagai benda langit saja. Sampai mati pun, kita tidak akan pernah menemukan pembatasnya. Ya, langit adalah ruang angkasa yang luar biasa besarnya. Bahkan, tidak diketahui dimana tepinya.
Nah, pemahaman tentang langit ini penting untuk menyamakan persepsi kita tentang perjalanan Mi’raj Rasulullah saw. Sebab, dalam pemahaman tradisional selama ini, kita memperoleh kesan betapa langit itu digambarkan sebagai atap alias ‘langit-langit’. Bahkan digambarkan pula sebagai atap yang ada pintu-pintunya, yang kemudian mesti dibuka sebagaimana pintu rumah, ketika Rasulullah saw mau memasuki langit yang lebih tinggi.
Istilah langit dalam bahasa Inggris, barangkali memberikan gambaran yang lebih jelas: Sky. Dalam bahasa Indonesia lebih pas disebut sebagai ‘Angkasa’. Istilah lainnya adalah space. Sehingga, angkasa di luar Bumi disebut sebagai Outer Space. Jadi langit adalah Ruang Angkasa.
Pemahaman tentang langit adalah pemahaman yang cukup rumit. Apalagi jika dikaitkan dengan struktur langit yang tujuh. Untuk langit pertama saja, tidaklah mudah. Bahkan sampai sekarang ilmu Astronomi masih menemui berbagai kendala yang agak rumit dalam mempersepsi struktur alam tersebut. Akan tetapi, Insya Allah semuanya berangsur-angsur bisa dijelaskan.
Di dalam Al-Qur’an, Allah secara jelas dan berulangkali menginformasikan bahwa langit yang Dia ciptakan itu memang bukan hanya satu, melainkan 7 lapis, sebagaimana diinformasikan dalam ayat berikut ini.
QS. At Thalaq (65): 12 ” Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula Bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
QS. Al Mulk (67): 3 ” Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Dan masih ada beberapa ayat lagi yang bercerita tentang langit yang tujuh. Cuma, kita mesti mencermati penggunaan kata langit (assamaa’ dan assamaawaat – tunggal dan jamak). Kata-kata ini ternyata digunakan oleh Allah untuk menggambarkan ruang di atas Bumi, baik yang berarti atmosfer, maupun yang berarti angkasa luar.
Penggunaan kata langit yang bermaksud untuk angkasa luar, misalnya adalah yang terdapat dalam ayat-ayat di atas. Dan juga ayat berikut ini.
QS Fushilat (41): 12 ” Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Di ayat tersebut tergambar jelas sekali bahwa Allah menggunakan kata as samaawaat untuk menggambarkan angkasa luar. Kenapa ada kesimpulan begitu? Karena Dia menggambarkan bahwa langit yang dekat dihiasi dengan bintang-bintang. Dan kita tahu semua bahwa bintang-bintang itu bukan terdapat di atmosfer, melainkan di ruang angkasa.
Maka, ketika Allah bercerita tentang langit yang tujuh di ayat tersebut, langit yang dimaksudkan adalah langit alam semesta yang jumlahnya 7 tingkat.
Akan tetapi, di ayat-ayat yang lain Allah menggunakan kata-kata assamaa’ dan assamawaat untuk menggambarkan atmosfer Bumi. Hal itu, misalnya, terdapat pada ayat-ayat berikut ini.
QS. Al Baqarah (2): 29 ” Dia lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di Bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Di situ digambarkan betapa Allah menciptakan segala, sesuatu di Bumi untuk manusia. Kemudian Dia memproses langit yang tujuh. Di ayat ini Allah menggunakan kata ‘langit’, untuk atmosfer. Kenapa demikian, karena langit tersebut ternyata diproses setelah Bumi terbentuk.
Jika yang dimaksudkan adalah langit alam semesta, hal itu menjadi tidak cocok. Karena sesungguhnya proses terbentuknya langit semesta lebih dulu dibandingkan dengan Bumi. Planet Bumi adalah bagian dari langit semesta, disamping miliaran matahari dan triliunan planet yang ada.
Ayat lain yang menunjukkan ‘langit’ sebagai atmosfer terdapat pada ayat-ayat berikut ini.
QS. Ruum (30): 48 ”Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba Nya yang dikehendaki Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Karena ‘langit’ di sini dikaitkan dengan hujan, kita lantas bisa mendapatkan gambaran bahwa yang dimaksudkan adalah atmosfer. Maka, ketika Allah menyebutkan bahwa langit tersebut ada tujuh, orientasi pemahaman kita menuju kepada lapisan-lapisan atmosfer yang memang ada tujuh lapis, yaitu: Troposfer, stratosfer, ozonosfer, mesosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
Pemakaian kata ‘langit’ untuk dua hal yang berbeda ini seringkali membingungkan mereka yang kurang akrab dengan masalah astronomi. Mereka rancu menyamakan antara atmosfer dengan langit ruang angkasa.
Hal itu, misalnya, terlihat dari pemahaman mereka terhadap ayat ayat berikut ini.
QS. Al Baqarah (2): 22 "Dialah Yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” QS. Al anbiyaa (21): 32  ” Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”
Ayat-ayat di atas menceritakan bahwa langit berfungsi sebagai atap. Hal ini memang cocok dengan fungsi atmosfer sebagai pelindung Bumi. Keberadaan atmosfer telah melindungi Bumi dari ‘serangan’ batu-batu langit yang setiap hari berjatuhan ke arah Bumi. Batu-batu yang masuk ke atmosfer Bumi telah dihadang olehnya, untuk kemudian dibakar oleh gesekan udara yang memiliki kecepatan putar lebih dari 1600 km per jam. Jadi dalam hal ini, atmosfer telah berfungsi sebagai atap yang melindungi Bumi.
Persoalannya menjadi lain ketika kita berbicara tentang langit yang bukan atmosfer. Karena langit angkasa luar tersebut berupa ruang yang sangat besar, berisi triliunan benda langit. Bukan berupa lapisan-lapisan udara seperti yang terdapat dalam atmosfer kita.
Maka, ketika Allah menyebutnya sebagai berlapis tujuh, cara pemahamannya berbeda dengan memahami atmosfer Bumi. Disinilah banyak yang terjebak pada pemahaman yang rancu antara keduanya.
Kerancuan itu, misalnya, terlihat dari pemahaman langit sebagai atap. Banyak beredar pemahaman di kalangan umat Islam, katanya, langit alam semesta ini berbentuk atap, sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat di atas. Padahal penjelasan itu terkait ke langit atmosfer. Bukan langit semesta.
Sehingga, tafsir yang muncul terhadap langit berlapis tujuh itu menjadi begitu sederhana dan naif. Bahwa, langit alam semesta dipersepsi bertumpuk-tumpuk seperti kue lapis. Lapis pertama adalah langit pertama, lapis kedua adalah langit kedua dan seterusnya sampai langit yang ke tujuh.
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan bisa menjadi bahan olok-olok yang tidak mengenakkan hati dari orang-orang yang tidak suka kepada Islam. Tentu, kita harus memberikan penafsiran yang lebih proporsional, sesuai kenyataan ilmiah.

LANGIT PERTAMA
Barangkali kita telah sepaham, bahwa yang disebut langit adalah ‘ruang’ tak berhingga besar yang terhampar di atas kita. Baik bagi kita yang berada di Indonesia, maupun yang di balik Bumi Indonesia, yaitu di Amerika. Sekali lagi langit adalah ruangan raksasa yang berisi triliunan benda langit seperti planet, bulan, meteor, matahari, nebula, galaksi, superkluster, dan lain sebagainya. Termasuk Bumi kita ini berada di dalam langit. Jadi langit adalah ‘ruang angkasa’.
Nah, Allah menginformasikan di dalam Al Qur’an bahwa langit itu ada tujuh tingkat. Langit yang pertama adalah langit yang dihuni oleh manusia dan makhluk-makhluk berdimensi 3, seperti binatang, tumbuhan dan benda-benda mati, yang terdapat di planet Bumi. Ditambah lagi, segala benda langit yang mengisinya. Itu semua adalah makhluk di langit pertama. Langit pertama itu di dalam istilah agama disebut sebagai ‘Langit Dunia’.
Allah telah memberikan gambaran yang menarik di dalam Al Qur’an, tentang langit Dunia itu.
QS. Fushshilat (41): 12
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Artinya, seluruh ruang angkasa yang berisi triliunan bintang, matahari, galaksi, nebula, meteor, dan segala benda langit termasuk Bumi itu, oleh Allah disebut sebagai langit Dunia. Kata ‘Dunia’ memiliki arti ‘dekat’. Jadi, maknanya menjadi langit yang dekat.
Padahal sebagaimana kita tahu, bahwa langit yang disebut ‘dekat’ oleh Allah itu bukanlah jarak yang dekat bagi manusia. Saya sudah pernah menyampaikan bahwa jarak bintang yang terdekat saja membutuhkan waktu 428 tahun untuk datang ke sana. Itu pun kalau kita menggunakan pesawat tercepat milik manusia, misalnya Challenger, atau Columbia yang berkecepatan 20.000 km per jam.
Kalau kita menggunakan kecepatan yang lebih tinggi, katakanlah cahaya sebagai kecepatan puncak di alam semesta ini waktu tempuhnya juga masih sangat lama, yaitu butuh waktu 8 tahun, baru sampai di bintang terdekat itu. Apalagi untuk menuju bintang-bintang yang lebih jauh. Ada yang membutuhkan waktu sejuta tahun. Ada pula yang memerlukan waktu 1 miliar tahun. Bahkan yang terjauh bisa membutuhkan waktu 10 miliar tahun!
Jadi, Langit Dekat itu, bukanlah langit yang kecil dan gampang kita tempuh. Usia kita yang cuma puluhan tahun ini tidak berarti apa-apa untuk menempuh jarak antar bintang. Apalagi untuk mengembara dan mengarungi alam semesta. Sama sekali tidak mungkin!
Padahal kita sudah menggunakan sebuah cara yang juga mustahil’, yaitu naik pesawat dengan ‘kecepatan cahaya’. Kenapa tidak mungkin? Karena sungguh, tidak ada benda apa pun di alam semesta yang bisa dipercepat mencapai kecepatan cahaya. Benda tersebut bakal hancur, semburat menjadi partikel-partikel kecil sub atomik. Secara lebih detil, akan saya jelaskan pada bagian lain.
Ada juga yang tidak percaya dan mempertanyakan: apakah betul kecepatan tertinggi di alam semesta ini adalah cahaya? Ya, begitulah sains menbuktikan. Memang ada semacam ‘angan-angan’ dan harapan dari beberapa kalangan supaya di alam semesta ini ada kecepatan yang lebih tinggi dari cahaya, supaya mereka bisa menjelaskan beberapa hal yang muskil.
Akan tetapi, sampai sekarang keinginan itu tidak pernah bisa dibuktikan. Kecepatan tertinggi di alam semesta sampai sekarang, tetap adalah kecepatan cahaya, yaitu 300.000 km per detik. Maka seluruh penjelasan tentang gerak di alam semesta ini masih harus berpatokan pada kecepatan cahaya tersebut. Sehingga, perhitungan relativitas waktu pun masih diukur dengan kecepatan cahaya.
Jadi, kembali lagi kepada alam semesta, ternyata alam semesta kita ini memang demikian besarnya. Diperkirakan diameternya mencapai 30 miliar tahun cahaya. Artinya, jika cahaya mencoba menyeberangi alam semesta. dari tepi kiri menuju tepi kanan, ia butuh waktu selama 30 miliar tahun! Sungguh sebuah ukuran yang sangat besar!
Apalagi manusia. Jika manusia menyeberangi alam semesta dengan menggunakan pesawat ulang alik berkecepatan 20 km per jam, maka waktu yang diperlukannya adalah sekitar 1,62 miliar miliar tahun, alias 1,62 dengan sepuluh pangkat 18 tahun. Sebuah hal yang sangat muskil dilakukan oleh manusia!
Diperkirakan alam semesta ini memuat partikel sejumlah 10 pangkat 81, yang tersebar di seluruh penjuru langit. Di antaranya, yang terbanyak adalah yang berada di pusat alam semesta. Yang lain tersebar dalam bentuk benda-benda langit dan debu angkasa. Termasuk, partikel-partikel pembentuk matahari, bintang, nebula, dan planet Bumi.
Secara sederhana, alam semesta ini boleh diumpamakan seperti sebuah bola raksasa yang memuat triliunan benda langit. Mulai dari yang terkecil, debu-debu angkasa, batu meteor, batu komet, batu asteroid, satelit, planet, matahari, bebagai jenis bintang-bintang, galaksi, sampai yang terbesar, super cluster.
Seluruh benda langit itu membentuk sistem saling tarik-menarik dan saling ‘mengikat’ lewat gaya gravitasi. Coba bayangkan, ada triliunan kelereng yang sedang mengambang di awang-awang. Triliunan benda itu semuanya bergerak. Tidak ada yang diam! Dan ‘sedikit’ sekali terjadi tabrakan, terutama pada kelereng-kelereng yang berukuran besar. Karena masing-masing kelereng itu memiliki lintasan geraknya masing-masing. Kecuali benda-benda langit yang bergerak bebas dan tidak memiliki lintasan orbit.
Kita melihat sebuah ‘demonstrasi’ kekuatan yang Maha Dahsyat, yang mengatur keseimbangan gerakan itu. Jika tidak, maka sungguh seluruh benda langit itu akan saling bertabrakan, dan menjadi kacaulah langit kita.
Akan tetapi, yang terjadi bukan begitu. Meskipun sudah berlangsung selama 12 miliar tahun, benda-benda langit itu bergerak secara harmonis. Benda-benda langit yang berukuran besar, memiliki dua jenis gerakan. Gerakan pertama adalah gerakan berputar pada dirinya sendiri, yang dikenal sebagai gerakan rotasi. Sedangkan gerakan kedua adalah gerakan melingkari benda yang lebih besar dari dirinya, yang dikenal sebagai gerakan revolusi.
Jadi bisa kita bayangkan, betapa benda yang paling kecil adalah benda yang paling ‘pusing’. Ambillah contoh, Bulan. Bulan adalah satelit Bumi. la berputar pada dirinya sendiri. Selain itu, ia juga mengitari Bumi pada lintasan orbitnya yang berjarak sekitar 1 menit cahaya alias sekitar 18 juta km dari Bumi.
Lintasan itu memiliki pola yang tetap. Sehingga pergerakan Bulan bisa dihitung secara akurat oleh manusia. Katakanlah, waktu terjadinya gerhana Bulan. Manusia telah bisa memperkirakan kapan bakal terjadi gerhana Bulan di tahun tahun mendatang. Karena itu, pergerakan bulan ini bisa dijadikan patokan penanggalan alias kalendar. Termasuk kalendar Hijriyah yang digunakan oleh umat Islam. Satu kali perputaran Bulan mengelilingi Bumi membutuhkan waktu 29,5 hari.
Bukan hanya bulan yang bergerak, tetapi juga Bumi. Planet yang memuat sekitar 5 miliar manusia ini berputar pada dirinya sendiri. Satu kali rotasi menghabiskan waktu 24 jam alias sehari. Selain itu juga berputar mengelilingi matahari dalam kurun waktu 365,25 hari, satu kali putaran, yang disebut sebagai setahun.
Maka kita melihat di sini, bahwa bulan mengelilingi Bumi pada periode tertentu, dengan cara tertentu. Dan kemudian, Bumi bersama Bulan, mengelilingi matahari pada periode tertentu dengan cara tertentu pula.
Nah, apakah Matahari juga bergerak seperti itu? Ternyata ya. Matahari yang menjadi pusat pergerakan sembilan planet termasuk Bumi ini, ternyata juga bergerak berotasi dan berevolusi. Selama sekitar 5 miliar tahun Matahari bergerak berirama bersama kesembilan planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto; mengelilingi sebuah Bintang yang berukuran sangat besar yang berada di pusat Galaksi Bima sakti.
Galaksi Bima Sakti beranggotakan sekitar 100 miliar matahari. Kesemuanya berputar mengelilingi pusat galaksi yang berbentuk cakram. Bumi dan tatasurya kita terletak di salah satu wilayah agak ke pinggir dari cakram tersebut.
Maka, Dalam satu galaksi ini saja kita bisa ‘melihat’ betapa ada bermiliar-miliar benda langit yang sedang bergerak dalam sebuah irama yang sangat harmonis. Ratusan miliar matahari, dan triliunan planet, asteroid, satelit, serta berbagai batu angkasa sedang ‘menari-nari’ dalam komposisi irama galaksi Bima Sakti yang sangat mengagumkan.
Namun, dari data Astronomi juga diketahui bahwa jumlah galaksi di alam semesta ini ternyata sangatlah banyak., Bisa mencapai ratusan miliar galaksi. Bahkan boleh jadi triliunan. Setiap saat, para ahli astronomi bisa menemukan sejumlah gugusan bintang alias galaksi lewat teleskop Hubble atau Spitzer atau Compton.
Ternyata, bukan hanya matahari atau bintang-bintang yang bergerak secara berirama dalam satu gugusan. Melainkan, galaksi-galaksi itupun bergerak berotasi dan revolusi mengelilingi sebuah galaksi yang sangat besar. Tidak kurang dari 100 miliar galaksi diperkirakan bergerak berirama membentuk gugusan galaksi yang disebut Supercluster. Lagi-lagi kita melihat sebuah orchestra alam semesta yang luar biasa dahsyatnya, dalam sebuah parade triliunan matahari yang ‘menari-nari’ dengan cantik sekali.
Sampai disinikah besarnya alam semesta? Ternyata tidak. Gerakan-gerakan berputar dan berirama itu terus membesar, membesar dan membesar. Dari Bulan mengelilingi Bumi, kemudian mengelilingi Matahari, lantas mengelilingi pusat galaksi, dan berevolusi mengitari pusat Supercluster, diperkirakan masih terus membentuk gugusan gugusan yang lebih besar yang belum ketahuan tepinya. Meskipun, para. ahli menyimpulkan alam semesta ini besarnya terbatas pada diameter 30 miliar tahun cahaya. Tapi, disinilah manusia mulai merasakan situasi ‘kritis’ atas pemahamannya terhadap alam semesta. Mereka dihadang oleh sebuah ‘Kekuasaan’ dan ‘Kecerdasan’ yang Sangat Misterius, yang sedang menggelar sebuah Orkestra Maha Dahsyat dalam skala yang tidak terbayangkan …
__________________________________
Sumber : Dudung.Net – Penulis : Firlian Putri

Tazkia Travel menerapkan ISO 9001



Dalam upaya memenangkan persaingan dalam pelayanan konsumen, Tazkia Tour & Travel  terus melakukan upaya peningkatan mutu   pelayanan di berbagai bidang. Usaha untuk meningkatkan pelayanan berdasarkan standardisasi mutu pelayanan ini telah membuahkan hasil.  Atas usaha dan kerja keras tersebut, Alhamdulillah PT.Tazkia Jakarta meraih ISO 9001:2008Dengan prestasi ini diharapkan dapat terus berusaha meningkatkan mutu pelayanan melalui inovasi-inovasi baru dalam penanganan dan management Haji / Umrah dimasa yang akan datang.





Selengkapnya tentang  ISO 9001 atau lengkapnya System Manajemen Mutu - Quality  dapat dibaca di SINI.

Hongkong


Harga Paket : $ 1100 / pax twn shr


Foto

< br/>< br/>

Kamis, 04 Maret 2010

Korea